Dork Sevensize

Rabu, 16 Februari 2011

Fakta Fakta Unik Tentang Madagaskar

Leluhur Keledai Ditemukan





Para ilmuan sekarang berhasil membuat kesimpulan penting mengenai leluhur dari keledai. Menurut hasil penyelidikan genetika, hubungan antara manusia dan leluhur keledai, sebenarnya merupakan hubungan antara para pengembara gurun sahara yang berusaha bertahan hidup di gurun yang ganas ini, lebih dari 5 ribu tahun lalu.
Sekitar 5000 tahun lalu, sekelompok orang, berhasil menyelamatkan diri mereka dari gurun pasir yang mengirimkan badai pasir yang tak terduga dan gurun yang semakin meluas. Caranya, dengan menternakkan hewan liar. Demikian laporan dari tim peneliti di Jurnal ilmiah, Proceedings of the Royal Society B, tanggal 28 juli kemarin.
Salah seorang penelitinya adalah Profesor Connie J Mulligan PhD. Beliau adalah profesor antropologi dari Universitas Florida, dan juga direktur Lembaga genetika Universitas Florida. Profesor Connie dan teman-temannya berhasil memberikan bukti kuat kalau peternakan keledai pertama kali muncul di Afrika Utara dan muncul beberapa kali.
Sebagai pakar antropologi, mungkin anda menduga kalau profesor Connie dan kawan-kawan akan melakukan penggalian dan pemeriksaan artefak atau kerangka keledai di gurun Sahara. Walau begitu, bukan kebetulan kalau ia menjadi direktur lembaga Genetika. Dengan teknik pendataan DNA yang lebih canggih lagi, mereka menganalisa banyak sekali DNA mitokondria dari spesimen keledai dari zaman purba, masa lalu, maupun zaman sekarang. Dari analisa ini, maka kandidat terkuat sebagai leluhur keledai adalah, tebak, keledai liar Afrika. Spesies ini terancam punah sekarang, tapi ia dulu sangat banyak ditemukan di Afrika. Keledai inilah, leluhur keledai lainnya.
Leluhur dari keledai liar afrika dan leluhur keledai lainnya adalah Keledai Liar Nubia. Ia adalah leluhur yang sudah punah sejak akhir abad ke-20. Tapi, menurut para peneliti kemungkinan mereka belum punah.
Kenapa penduduk sahara dulu memilih leluhur keledai untuk dipelihara? Menurut profesor antropologi dari Universitas Washington di St Louis, Fiona B Marshall, PhD, ini karena leluhur keledai penting untuk mengumpulkan air, menggerakkan pekakas dan membuat jalur perdagangan darat pertama di dunia, yaitu antara Mesir Kuno dan Sumeria.
Marshall sudah tahu kalau keledai sangat penting bagi masyarakat kuno berdasarkan bukti-bukti yang ia peroleh pada kerangka dan bekas-bekas hewan yang ditemukan di dekat Fir’aun dikuburkan.
Dalam studi ini, para ilmuan membangun pohon keluarga keledai memakai sampel dari keledai yang masih hidup, dari kerangka keledai liar afrika di museum dan tulang belulang keledai yang berasal dari situs penggalian arkeologis di Afrika. Kedalaman sampel adalah 3000 tahun dan pada hasil analisa, hanya 3 dari 12 sampel purba yang berhasil di bariskan DNA mitokondrianya. Untuk sampel historis, berhasil dianalisa 10 dari 11 sampel, dan semua sampel modern, tentu saja bisa di analisa. Sampel modern ada 33 keledai.
Dari tiga sampel kuno, analisa DNA menunjukkan kalau satu sampel ternyata adalah hasil perkawinan antara kuda betina dan keledai jantan. Sampel ini adalah sebuah gigi. Well, dengan teknologi modern, sebuah gigi saja sudah cukup untuk menentukan bukan hanya spesies apa itu, tapi juga siapa orang tuanya. Canggih bukan?
Dua sampel lainnya adalah sebuah rahang dengan gigi permanen dan sebuah trapezoid. Mereka berasal dari situs penggalian Uan Muhuggiag di Sahara tengah. Hasilnya, kedua spesimen ternyata milik spesies keledai Liar Nubia. Lebih hebat lagi, analisa menunjukkan kalau dua spesimen ini adalah milik satu individu tunggal atau paling tidak, berasal dari satu ibu yang sama. Analisa morfometrik menambahkan kalau kedua spesimen ini adalah hewan ternak, bukan hewan liar.
Sembilan sampel historik yang dianalisa ternyata termasuk keledai liar Nubia. Satu dari sembilan sampel ini masih sangat baru, yang berarti ada kemungkinan kalau keledai liar Nubia sebenarnya masih ada sekarang. Peneliti lainnya, biologiwan Albano Beja-Pereira dari Universitas Porto, Portugal. Ia bersama Marshall sudah mengumpulkan sampel dari Afrika Utara sejak tahun 1990an.
Dari 33 sampel modern, ternyata semuanya adalah spesimen keledai liar somalia. Variabilitas genetikanya rendah sehingga sepertinya populasi mereka tidak banyak berubah sejak 120 tahun lalu. Yup, sampel tertua dari kelompok modern ini berasal dari tahun 1886 di Berbera, Somalia.
Keledai adalah hewan transport pertama di dunia. Well, dengan kata lain, mereka alat transportasi darat pertama. Sekarang keledai hanya dipandang alat transportasi penduduk miskin di Afrika, tapi sungguh, keledai dahulu adalah hewan yang sangat penting. Jika bicara fiksi ilmiah, ini setara dengan mobil jaman sekarang. 5000 tahun lagi, ia akan dipandang kendaraan orang miskin di planet terasing.
Kembali ke keledai liar afrika, subspesies somalia masih ada sekarang di kebun binatang dan cagar alam di dunia. Masih ada sekitar 600 ekor di daerah liar Eritrea dan Ethiopia, sementara sub spesies Nubia, terakhir ditemukan di Perbukitan Laut Merah di Sudan, pada akhir abad ke-20.
Sangat penting untuk mencari apakah spesies keledai liar nubia masih ada dengan cara melakukan sensus keledai di Afrika Utara dan Timur. Dengan ditemukannya keledai liar nubia, kita dapat melestarikannya dan mempelajari lebih jauh tentang kehidupan masyarakat di masa lalu. Bisa jadi para petualang di Sahara merupakan leluhur kebudayaan mesir kuno. Kelompok masyarakat yang pertama kali menternakkan keledai berarti memiliki keunggulan transportasi, makanan atau bahkan militer.
Laporan penelitian ini juga menunjukkan kalau leluhur semua keledai, pertama kali muncul 400 ribu tahun lalu. Sayangnya, walau pohon evolusi dari keledai dalam sampel penelitian maupun dalam 98 spesimen dari penelitian-penelitian sebelumnya sudah dibuat, leluhur keledai modern masih belum dapat dipastikan. Artinya, walau kita sudah tahu leluhur semua keledai, tapi leluhur keledai modern sendiri belum diperoleh. Keledai liar Somalia masih dapat dikatakan sepupu dengan keledai modern, mereka bukan leluhur. Menurut para peneliti, leluhur keledai modern ini pastinya sudah punah dan tidak ditemukan dalam sampel penelitian. Karenanya, kita belum punya pohon evolusi lengkap dari keledai.
Pembuatan pohon evolusi dari semua mahluk hidup yang ada di bumi baik sejak mahluk hidup pertama hingga sekarang merupakan ambisi besar biologi. Dengan kata lain, ia adalah Theory of Everything Biologi. Semenjak Darwin membuktikan kalau semua mahluk hidup di bumi ini berasal dari satu leluhur, maka usaha penaklukkan ini sudah digulirkan para penjelajah, ahli biologi, pemburu fosil dan bahkan pedagang barang langka. Mungkin seribu tahun lagi, kita dapat berdiri di depan mural raksasa yang memuat pohon evolusi semua mahluk hidup yang pernah ada di bumi. Bila saat itu tiba, maka para ahli biologi akan mulai mencari pohon kehidupan di seluruh bagian alam semesta. Luar biasa bukan?
Berikut dibawah adalah link langsung menuju laporan penelitian Connie dan kawan-kawan. Proceeding of Royal Society London cukup berbaik hati untuk membagikan secara gratis laporan ilmiah ini.
Kimura, B., Mashall, F.B., Chen, S., Rosenbom, S., Moelhem, P.D., Tuross, N., Sabin, R.C., Peters, J., Barich, B., Yohanes, H., Kebede, F., Teclai, R., Beja-Pareira, A., Mulligan, C.J. 2010. Ancient DNA from Nubian and Somali wild ass provides insights into donkey ancestry and domestication. Proceedings of the Royal Society B.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar